Aceh Singkil-MN-Masyarakat Desa Suka Damai pada hari ini laksanakan Sholat Idul Adha 1441 Hijriah dimesjid Al - Hidayah yang digelar pada pukul 07.30 Wib. Sebelum dimulainya shalat Idhul Adha Imam Mesjid Al Hidayah Yahya Melayu memberitahukan lafaz niat sholat Id lantaran entah ada yang lupa karena Sholat tersebut dilaksanakan sekali setahun. Jumat, 31/07/2020.
Setelah selesainya Sholat Idhul Adha tersebut yang bertindak sebagai khatib, Al Ustad Safardani Angkat tamatan dari Pesantren Tanah Merah Kecamatan Gunung Meriah. Dalam khutbahnya ia mengatakan, dihari raya ini merupakan momen kita masih bisa untuk berkumpul keluarga kita, anak-anak kita, begitulah Allah memberikan nikmat agar kita berkumpul dengan keluarga kita.
Ustad Safardhani Angkat melanjutkan, kalau sanggup berkurban segera laksanakan jangan ditunda - tunda. Kalau sanggup berkurban untuk kedua orang tua kurbankan, kalau sanggup menyumbang untuk Mesjid sumbangkanlah. Karena pahala berkurban akan mengalir kepada orang tua kita, keluarga serta kita sendiri, jelasnya.
Kemudian, dalam khutbahnya ustad Safardani juga menyampaikan, hikmah berkurban dimasa covid-19 ini menjelaskan bahwa, Idul Adha selama masa pandemi ini menghadirkan banyak hikmah penting. Terutama, jika seseorang hendak mengambil apa makna “pengorbanan” dan “berkorban” dalam konteks ibadah kurban. Menurut Mu’ti, Nabi Ibrahim telah mencontohkan betapa pengorbanan itu betul-betul “memaksa” seseorang meninggalkan sesuatu yang berharga bagi dirinya semata-mata untuk Allah SWT. Jadi, pengorbanan adalah kembali pada hakikat penyerahan total segala sesuatu yang kita anggap berharga, terangnya.
“Berkaitan dengan kepatuhan, Nabi Ibrahim menjadi hamba Allah yang senantiasa mematuhi secara ikhlas meskipun perintah itu sangat berat untuk menunaikannya,” ujar Safar
“Maka, kepatuhan inilah yang menjadi teladan bagi kita bahwa hamba Allah, harus mukhlisina lahu-din (ikhlas dalam beragama) betapa berat perintah itu, kita harus menunaikannya,” tuturnya.
Selain kepatuhan, hikmah yang bisa dipetik dari Nabi Ibrahim adalah keteguhannya pada kebenaran yang diyakininya, yakni kekuasaan Allah Swt. Bahwa prinsip kebenaran tidak bersifat populis, berdasarkan banyaknya orang yang mendukung, tapi apa yang dituntunkan oleh Allah kemudian dijalankan dengan istiqamah, tambanya.
Ketiga, bahwa keberhasilan Nabi Ibrahim sebagai hamba Allah, dilalui melalui serangkaian cobaan yang tidak mudah. Juga bahwa ujian yang diberikan oleh Allah pasti ada hikmahnya, tuturnya.
Oleh karena itu, tidak menyembelih hewan kurban selama masa pandemi bukan berarti tidak berkurban. Semangat berkurban menolong sesama korban terdampak pandemi sebagai usaha untuk menyelamatkan kehidupan umat manusia pun termasuk dalam peneladanan Nabi Ibrahim, tutupnya. (R)
Post a Comment