Oleh: Winny Alna Marlina, ST,.MM
Persediaan adalah salah satu aset termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan. Di satu sisi, sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi lain, produksi dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika sebuah barang tidak tersedia (Heizer dan Render, 2010).
Dalam industri manufaktur, suatu organisasi harus menjaga keseimbangan yang tepat antara persediaan kritis dan mengurangi biaya persediaan. Jumlah biaya material mencapai menjadi lebih dari 50% dari total biaya kebutuhan mengelola materi. Kinerja proses tergantung pada aliran material. (Mahagaonkar, 2017).
Dalam sebuah UMKM, persediaan merupakan suatu hal yang penting dalam proses berlangsungnya kegiatan usahanya. Dimana persediaan akan menentukan bagaimana perusahaan atau unit usaha tersebut berjalan kedepannya. UMKM harus ekstra hati-hati dalam mengelola persediaan. Salah satunya adalah UMKM tahu.
Sebagai produsen tahu, untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, maka produsen harus memperhatikan pasokan kedelai, sehingga mereka harus ekstra dalam memperhatikan stock bahan baku tersebut. Salah satunya harus memperhatikan harga kedelai sebagai bahan utama dalam memproduksi tahu. Di Kota Payakumbuh sendiri terdapat beberapa UMKM yang bergerak dalam industri pembuatan dan pengolahan tahu.
Dari data yang diperoleh dari UMKM Tahu, terdapat beberapa masalah dalam sistem persediaan yang digunakan UMKM tersebut. Salah satunya adalah kurangnya pengendalian untuk proses pemesanan bahan baku kedelai untuk pembuatan tahu. UMKM ini hanya mempercayakan pemesanannya kepada pihak tertentu dan sistem pemesannya juga ditentukan oleh pihak tersebut. Kedatangan bahan baku tidak tentu padahal setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur memerlukan bahan baku yang menunjang jalannya proses produksi perusahaan yang bersangkutan, sehingga pengendalian persediaan menjadi hal yang cukup penting. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang baik pada persediaan bahan baku.
Apabila persediaan dikendalikan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menggangur yang besar (yang tertanam dalam persediaan), meningkatnya biaya penyimpanan dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (Stock-out) karena sering kali barang tidak didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya keuntungan, dan bahkan hilangnya pelanggan (Arief Wibisono, 2009).
Selama ini UMKM Tahu belum menggunakan analisis ABC (Activity-Based Costing) untuk kebijakan pengendalian persediaan. Oleh karena itu alternatif untuk memecahan permasalahan diatas maka digunaan analisis persediaan dengan menggunaan metode ABC (Activity-Based Costing). Metode ini akan mengkategorisasikan pengendalian persediaan dalam 3 kelas, sehingga masing-masing kelas memiliki kontrol manajemen yang berbeda. Metode rata-rata membagi antara biaya barang yang tersedia untuk djual dengan jumlah unit yang tersedia sehingga, persediaan akhir dan beban pokok dapat dihitung dengan harga rata-rata.
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor apa saja mempengaruhi persediaan di UMKM Tahu dan mendapatkan pemodelan sistem persediaan di UMKM Tahu, Payakumbuh dengan metode ABC (Activity-Based Costing).
Manfaat Penelitian agar meminimalkan total biaya dan memenuhi permintaan UMKM Tahu di Payakumbuh.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini untuk memodelkan manajemen persediaan di UMKM Tahu. Data persediaan didapatkan dengan analisis ABC. Kelas kategori A terdiri dari hal yang paling bermanfaat, meskipun hal ini hanya mewakili 100% dari jumlah mereka menyumbang 70-80% dari nilai konsumsi, Kategori B terdiri dari hal-hal dengan tingkat kepentingan sedang, 10-20% pendapatan dan C terdiri dari hal-hal yang paling tidak berharga yang hanya berkontribusi 10% pendapatan. Pengumpulan data berdasarkan data sekunder perusahaan. Data diperoleh dari data historis UMKM Tahu yang terdiri dari jumlah produksi, jumlah penjualan tahun 2021.
Hasil Penelitian menunjukkan prinsip klasifikasi ABC bahwa tingkat kepentingan barang dapat ditinjau dari tingkat kecepatan pemakaian, atau tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dan berdasarkan tingkat penyerapan modal. Dan jenis bahan baku dalam memproduksi tahu ini terdiri dari 3 jenis komponen. Berdasarkan ABC Analysis yang diterapkan, maka komponen-komponen tersebut hanya dapat dikategorikan kedalam 2 kategori saja yaitu kategori kategori B dan kategori C. Dari 3 jenis komponen yang dihitung, berdasarkan tabel maka tidak ada komponen yang masuk kedalam kategori A, sedangkan kategori B berjumlah 1 jenis komponen dan 2 jenis komponen yang masuk kedalam kategori C.
Dalam penelitian ini, jenis bahan baku yang akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengendalian persediaannya yaitu bahan baku dalam kategori B yaitu kacang kedelai. Hal ini dilakukan karena bahan baku ini memerlukan pengendalian yang lebih ketat dibandingkan dengan bahan baku kelas C, yang disebabkan oleh penyerapan modal yang lebih besar dari pada bahan baku kelas C. (Tim)
Post a Comment