Payakumbuh --- Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi mengharapkan digelarnya Festival Silat Tradisi Nusantara di Kota Payakumbuh selama 4 hari, dapat menjadi stimulan bagi pemerintah daerah kota/kabupaten di Sumatera Barat untuk dapat menghidupkan gairah silat tradisi yang saat ini kian tergerus oleh zaman.
"Festival silat tradisi nusantara ini diinisiasi dari sebuah pemikiran kalau kita harus punya pengakuan bahwa silat sebagai warisan budaya tak benda dunia dari Indonesia yang asalnya dari Sumatera Barat," kata Supardi saat jumpa pers, Senin (31/7).
Supardi menyebut dulunya silat merupakan kebutuhan, setiap anak di Ranah Minang menjelang dilepas pergi merantau harus diwarisi dengan kemampuan silat. Namun kini, budaya itu sudah tergerus, seiring masuknya perguruan bela diri lain selain silat.
"Tak hanya itu yang membuat silat tradisi mengalami kemunduran, adanya perbedaan persepsi antara silat tradisional dengan silat prestasi juga berpengaruh," ujarnya.
Politisi Gerindra itu menambahkan, dirinya selaku Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumatera Barat telah berkomunikasi dengan perguruan silat yang ada di Indonesia, umumnya mereka mengakui dan menyatakan nenek moyang perguruan mereka belajar silat dari Minangkabau.
"Guru-guru mereka yang belajar di Sumbar mengembangkannya di kampung masing-masing, sehingga tidak heran gerakan dan langkahnya mirip dengan kita," jelasnya.
Setidaknya, kata Supardi, festival ini dapat membangkitkan kembali semangat warga Sumbar, kalau silat tradisi masih layak dan harus terus dilestarikan. Pemuda minang tak hanya pandai berkelahi saja, tapi dituntut belajar agama, tata krama, etika, dan filosofi kehidupan sebagai jati diri orang minang.
"Kita ingin agar kembalinya mentalitas pendekar, yang tak mungkin bertarung tanpa dasar, mengerti arti kehidupan dan nilai kesabaran," tegasnya.
Supardi menyebut, pasca festival ini digelar, ada beberapa pointer yang akan direkomendasikan kepada pemerintah daerah. Seperti juga halnya acara ini adalah rekomendasi dari kegiatan pada tahun lalu, yakni Musyawarah Tuo Silek.
"Bulan Desember lalu, dilaksanakan Musyawarah Tuo Silek yang didapat kesimpulan kalau silat tradisi merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangan silat yang ada di Sumatera Barat, maka IPSI sebagai lembaga yang mewadahi baik silat tradisi maupun silat prestasi," ulasnya.
Wakil rakyat itu menyampaikan harapan agar silat tradisi ada dalam mata pelajaran SMA/SMK/MA di Sumatera Barat, sehingga bisa membangkitkan semangat belajar silat tradisi di mata generasi muda.
"Nanti kita bisa wujudkan festival-festival terjadwal yang mengundang peserta dari berbagai daerah dan perguruan silat berbeda, sehingga hiduplah silat tradisional di sendi-sendi kehidupan orang minang," harapnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Taman Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Supriyadi mengatakan festival ini digelar selama 4 hari, dan mengundang tim pencak silat sebayak 6 dari luar Provinsi Sumbar, dan 19 kota/kabupaten yang ada di Sumbar.
"Setiap perguruan memiliki ciri khasnya masing-masing, ini yang ingin kita tunjukkan kepada penonton dan masyarakat, bahwa betapa berharganya kebudayaan yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada anak cucu kita kelak," pungkasnya. (FS)
Post a Comment