Green Tourism Cara Ridwan Tulus
Penulis: Elfindri dir SDGs Unand
Aspek tourisme menjadi salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs).
Karena merupakan sebuah konsensus internasional, maka perlu pemahaman yang benar dalam implementasinya.
Kenapa Sustainable? Kenapa tidak Millenium?. Karena Milenium tourism goals termasuk gagal. Aktifitas petjalanan wisata yang hampa.
Banyak nilai tambah dari aktifitas turunan wisata, tapi nilai tambah kotor "gross value added" masih perlu dikurangi dengan dampak negative akibat turis.
Karena banyak aktifitas turisme berkaitan dengan sejarah, budaya, lingkungan, olah raga, agama dan sejenisnya maka yang tidak kalah penting adalah memberikan concern pada aspek "green".
Karena di dalamnya konsepsi "green" justru menjadikan "local genuine" mesti dirasakan, pengalaman dan pembelajaran oleh turis.
Kemudian mereka memberikan "net gain" dari aktifitas bagi seluruh pelaku yang terlibat di dalamnya.
Itulah konsepsi utama yang ingin ditawarkan oleh Bung Ridwan Tulus dalam setiap perjuangan nya semenjak muda hingga kini.
Beliau perintis "green tourism" dunia. Banyak yang mesti dipahami oleh Pemda, Pelaku aktivitas turism yang membuat nilai tambah ini memang membuahkan kesadaran yang tinggi bagi semua masyarakat daerah tujuan wisata dan wisatawan dalam menjaga "commond" goods and landskape ini.
Apa di belakang Green Tourism?. Yakinlah bahwa selama perjalanan apapun jauhnya daerah tujuan akan sanggup dijangkau oleh turis, namun belum.menjamin mereka untuk memperoleh kesan dalam kehidupan.
Kesan inilah yang jauh lebih utama melekat dalam desain objek wisata.
Turisnya merasa larut dengan aktifitas bepergian, dan merasakan "get feeling" selama proses learning di objek objek wisata, termasuk budaya yang genuine maupun kuliner.
Kata yang jauh lebih penting adalah menjaga lingkungan, agar tetap asri, tidak terganggu, dan bahkan selama bepergian di objek objek wisata ada upaya untuk mengembalikan ekosistem daerah tujuan kembali ke keadaan semula yang asri, bersih, alami dan sejenisnya.
Wisata alami bagi Bung Tulus adalah memerlukan desain tersendiri. Beliau memahami apa keperluan yang "das solen" dan itu merupakan kenangan yang tidak dapat dinilai dengan uang sekalipun.
Para turis apalagi dari negara maju mereka ingin menemukan sesuatu yang melekat dan bermakna. Kita banyak saksikan saking bermaknanya, bahkan ada turis yang jatuh hati dengan lingkungan dan budaya setempat.
Turis massive memang baik untuk daerah karena akan butuh transport, berbelanja dan penginapan, namun green tourism bisa lebih selektif.
Selektifitas turism ini dimaknai sebagai sebuah pengelolaan yang holistik, namun padanannya pemasukan dari aktifilitas itu sama saja dengan mendatangkan banyak orang.
Karena green merupakan lata kunci, maka untuk wilayah forest merupakan daerah yang biaya untuk mendatangkan turist lebih mudah dan murah dibandingkan dengan rouris yang ingin memperoleh sesuatu di lautan atau kota besar.
Oleh karenanya arsitek turist destination, kemasan dan proses mesti sedemikian rupa sehingga mereka terkesan. Kemudian itulah yang menyebabkan aktifitas ini bisa berlanjut dan semakin banyak.
Sebagai contoh di negara maju mereka ingin menemukan pembelajaran tentang budaya silat dan randai. Maka dalam konsep green torism peserta akan mendaftar, bukan sebagai peserta untuk menonton randai.
Mereka bisa diperkenalkan ikut sebagai proses belajar randai sesuai dengan tahapannya. Sehingga randai adalahbsalahvsatu turis institute jadinya.
Jika siswa dari luar negeri ingin melihat pendidikan di kampung kampung, maka dalam prosesnya mereka dilibatkan untuk memperbaiki kebersihan sekolah, mencat sekolah dan toilet, bersama siswa tempatan dan seterusnya.
Kendatipun mereka volunteer, mereka bahkan mau membayar aktifitas itu.
Mengingat daerah tujuan wisata banyak sekali, maka konsepsi green tourism mesti menjadi roh suatu pengembangan wisata ke depan.
Kira kira itu yang membuat Bung Tulus bisa tampil.pioner dalam kancah turis designer dunia.
Pemda masing masing cukup memulainya dengan satu yang unik, tetapi menggelegar ke penjuru dunia.
Sambil memastikan platformnya IT bisa dikembangkan bersama dengan om Ridwan Tulus.
Saat bersamaan dihasilkan para tourist designer di daerah daerah yang akan melanjutkan gagasan beliau.(TL)